Ilham Fauzan menjadi salah satu terduga teroris yang diamankan Densus 88 usai peristiwa rentetan bom di Surabaya. Ia digerebek oleh Densus 88 di Dukuh Pakis, Surabaya, pada Selasa (15/5) malam. Para tetangga tidak menyangka bahwa Ilham menjadi sasaran target Densus 88.
Menurut seorang teman masa kecil Ilham Fauzan yang enggan disebut namanya, sejak kecil hingga dewasa, Ilham tidak pernah menunjukkan gelagat buruk yang mengarah pada ideologi menyimpang atau terorisme. Seperti orang umumnya, Ilham sebagai pelajar dan laki-laki dengan kebiasaan dan kemampuan rata-rata seumurannya.
"Waktu SMA juga bukan anak nakal. Tidak pernah terlibat organisasi atau perkumpulan tertentu. Anak biasa kok," katanya kepada kumparan, Rabu (16/5).
Kemudian, Ilham Fauzan melanjutkan sekolah D3 Ekonomi di salah satu kampus negeri di Surabaya. Setelah lulus itu, Ilham pernah bekerja di kantor Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebelum menikah, Ilham, hidup mapan dan cukup mewah.
"Dia dulu suka mewah-mewah barangnya, semuanya branded. Pakaian bermerek, jam tangan mahal," jelasnya.
Ilham juga pernah membuka sebuah kafe kecil di rumahnya di Dukuh Pakis yang digerebek tersebut. Dari penelusuran kumparan di rumah Ilham, memang tampak sisa bangunan lantai dua yang berkaca bening yang dipakai untuk kafe.
"Sempat buka kafe tapi enggak lama. Terus ditutup buat jualan minuman jus," ujar tetangganya yang enggan disebutkan namanya.
Perilaku berubah setelah menikah
Perubahan perilaku dimulai saat Ilham menikahi seorang wanita asal Indramayu, Jawa Barat, sekitar 2013 lalu. Pernikahan dilakukan secara siri dan tertutup.
"Pernikahan pun diam-diam. Hanya keluarga dekat. Menurut ibunya sih dia nikah siri," jelasnya. Saksi menyebutkan, Ilham dikenalkan kakak (wanita) pertamanya dengan calon istrinya tersebut. Kakak ipar Ilham berasal dari Jawa Barat juga.
Saksi sampai sekarang tidak mengetahui nama istri Ilham. Yang dia tahu istri Ilham itu memakai cadar. Saksi pernah berbicara dengan istri Ilham itu saat memomong anak. Selebihnya istri Ilham jarang keluar rumah.
"Terakhir ketemu sudah beberapa minggu lalu. Beli bolpoin di tempat saya. Kalau dulu sering momong anaknya, mainan sama anak saya, kan seumuran (5 tahun). Sama istri saya juga," terangnya.
Setelah menikah pun Ilham tidak lagi tampil semewah dulu. Pakaiannya sederhana. Dengan khas jenggot panjang agak keputih-putihan, celana agak di atas mata kaki.
Penangkapan terduga teroris di kawasan Dukuh Pakis (Foto: Antara/M Risyal Hidayat)
Diam-diam Ilham juga berganti pekerjaan dan kesibukan. Entah berhenti kerja atau mundur. Namun, Ilham masih luwes dengan kemampuan jual belinya. Dia beraktivitas jual beli mobil atau makelar.
"Sebelum ditangkap itu dia baru saja dapat untung Rp200 juta setelah jualan mobil Fortuner," ujarnya.
Hal itu diamini Ibu Temon, penjual pecel di samping rumah Fauzan. Fortuner tersebut pernah terparkir lama di depan rumah. Belakangan setelah laku langsung dibawa pembelinya.
Ilham maupun bapaknya, Alwi, tidak pernah salat berjemaah di masjid kecuali salat Jumat.
"Keluarga ini juga tidak pernah terlibat kegiatan warga setempat, rapat, kerja bakti atau ronda malam," kata Ibu Temon.
Alwi sejak dulu dikenal sebagai seorang penjahit celana dan permak jeans.
"Saat ramai polisi, Selasa jam 20.00 WIB. Saya sendiri terkejut. Teman saya sejak kecil ini enggak pernah neko-neko tiba-tiba kok didatangi rumahnya oleh polisi berpakaian densus. Sebenarnya kasihan juga. Anaknya masih kecil-kecil," teman kecil Ilham yang tidak mau disebutkan namanya.
"Setelah peristiwa penangkapan ini saya juga kembali menyadari memang banyak perubahan sikap dari Ilham setelah menikah. Sebenarnya masih baik, masih tegur sapa. Dia juga hidup lebih sederhana tak berlebihan kemewahan. Tapi kok terlibat bom," tutupnya.