Koalisi miiter Amerika Serikat, Inggris dan Prancis akhirnya benar-benar melancarkan serangan militer ke Suriah, yang menurut presiden AS Donald Trump ditujukan terhadap sasaran terkait kemampuan senjata kimia negeri itu.
Serangan itu diumumkan Presiden AS Donald Trump melalui pidato yang disiarkan televisi.
"Sebuah operasi gabungan bersama angkatan bersenjata Prancis dan Inggris sedang berlangsung sekarang," kata Presiden Trump dalam pidato itu.
- Sepuluh pertanyaan untuk memahami konflik Suriah
- Pasukan Suriah membombardir kubu pemberontak, puluhan tewas
- Korea Utara ‘pasok pabrik senjata kimia Suriah’
Ia mengatakan telah memberikan persetujuan atas serangan militer terhadap lokasi-lokasi senjata kimia Suriah. Serangan itu, katanya, dilancarkan bersama dengan Inggris dan Prancis sebagai balasan terhadap serangan kimia di Douma pekan lalu, yang menurutnya dilakukan pemerintah Suriah.
Berbagai ledakan dilaporkan terjadi dekat ibukota Suriah, Damaskus.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengukuhkan keterlibatan Inggris. Dikatakannya "tidak ada alternatif praktis selain penggunaan kekuatan (militer)".
Namun dia juga mengatakan serangan itu dilancarkan bukan dengan maksud melakukan "perubahan rezim".
Presiden Trump mengatakan, serangan itu diarahkan "pada sasaran-sasaran yang terkait dengan kemampuan senjata kimia pemerintah Suriah."
Presiden AS mengatakan, tujuan serangan itu adalah "untuk membangun pencegahan yang kuat terhadap produksi, penyebaran dan penggunaan senjata kimia" pemerintah Suriah.
Dugaan serangan kimia di Douma yang menurutnya dilancarkan pasukan presiden Bashar al Assad, " bukan tindakan yang dilakukan seorang lelaki, melainkan kejahatan yang dilakukan oleh monster," katanya.
Suriah membantah tuduhan melakukan serangan kimia. Dan sekutu mereka, Rusia, memperingatkan bahwa serangan militer Barat akan berisiko meletuskan perang.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters, bahwa rudal-rudal jelajah Tomahawk digunakan dalam serangan itu.
Reuters juga mengutip seorang saksi mata di Damaskus yang mengatakan bahwa, "setidaknya terdengar enam ledakan keras" di ibukota Suriah itu.
Televisi pemerintah Suriah juga mengukuhkans erangan itu. Sistem pertahanan udara Suriah sudah dikerahkan, kata mereka.
Syrian Observatory for Human Rights, sebuah lembaga pemantau HAM SUriah yang bermarkas di Inggris mengatakan, serangan-serangan itu menghantam Fasilitas Riset Ilmiah Suriah dan sejumlah fasiitas lain di Damaskus,