Berangkat Jadi TKI Sempat Ditipu, Pulang Jadi Sarjana, Kemudian Jadi Pengusaha Top Asia


Jebrettt.com, Taiwan – Dewasa ini, ketersediaan pekerjaan menjadi hal yang sukar untuk didapatkan. Apalagi jika pelamar pekerjaan hanya menyandang predikat pendidikan yang standar. Hal itupun yang dirasakan oleh Heni Sri Sundari selaku Top 30 Social Entrepreneur Asia di Forbes International 2016. Akibat sulitnya mendapat pekerjaan, ia memutuskan untuk merantau ke Hongkong menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI, atau umumnya TKW – Tenaga Kerja Wanita – bagi yang wanita).
Gadis Ciamis ini memulai kisah inspiratifnya dengan menjadi TKI sejak usia 18 tahun. Pada awalnya, ia memutuskan untuk pergi merantau karena ingin merenovasi rumahnya yang hampir roboh. “Bagi aku pergi ke Hongkong merupakan sebuah lompatan besar dalam hidup dan mengubah garis kehidupan menjadi lebih baik,” ungkap Heni.
Singkat cerita, Heni sudah bekerja menjadi TKI di Hongkong. Namun, upayanya untuk memperoleh gelar pendidikan tidaklah mulus. Sebelumnya, ia sempat ditipu oleh agensi TKI yang menaunginya. Hal ini menyebabkan ia tidak mendapatkan gaji sesuai dengan yang dijanjikan. Namun, hal tersebut tidak membuatnya putus asa. “Saat libur, saya pergi ke perpustakaan untuk membaca sambil mencari info tentang bagaimana hukum ketenagakerjaan di Hongkong. Selain itu, saya juga banyak membaca koran hingga akhirnya mendapatkan informasi untuk kuliah di St. Mary University,” ungkap Heni sapaan akrabnya.
Selama kuliah sambil bekerja, Heni selalu mengirimkan seluruh gaji pada ibunya di Ciamis. Kemudian, untuk bertahan hidup di Hongkong, Heni bekerja sebagai penulis kontributor untuk majalah dan koran lokal di sana. Selain itu, dia juga aktif mengikuti lomba menulis untuk menambah penghasilannya. Saat ini pula, Heni menyadari potensinya di bidang tulis menulis. “Sebelumnya aku enggak pernah baca koran ketika berada di kampung. Jangankan untuk beli koran,untuk makan saja masih kesulitan. Awalnya aku sempat tidak percaya bahwa tulisanku dapat dimuat di koran. Namun, akhirnya aku menyadari bahwa aku punya potensi di bidang menulis dan puncaknya, saya berhasil menulis lebih dari 17 buku selama 6 tahun hidup di Hongkong,” tutur Heni dengan penuh semangat.
Akhirnya, Heni pun lulus dengan predikat sangat memuaskan dengan gelar Bachelor of Science in Entrepreneurial Management dari St. Mary University dan memutuskan pulang ke Indonesia. Sesampainya di kampung halaman, Ciamis, Heni membuka sebuah taman baca kecil di rumah ibunya serta mengajak anak-anak di sana untuk aktif membaca. Selain itu, Heni juga membantu desanya dari segi kesehatan dengan cara mencari donatur lewat bantuan media sosial.
Kemudian, ia melebarkan sayapnya setelah menikah dan pindah bersama sang suami ke Bogor. Pada awalnya, Heni melihat kondisi Kampung Sasak yang berada di belakang perumahannya dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Selanjutnya, Heni dan suami berinisiatif untuk memberikan les gratis pada 15 anak dari Kampung Sasak. Kemudian, kegiatan ini berlanjut hingga berhasil merangkul lebih dari 1500 anak untuk belajar. Akhirnya, kegiatan ini berubah menjadi kegiatan wajib yang diprakarsai dengan terbentuknya komunitas bernama AgroEdu Jampang Community yang memiliki fokus pada pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, dan social emergency. Hasilnya, program ini telah menjangkau 40 kabupaten dari Pulau Jawa hingga Lombok dengan donatur lebih dari 80% yang tersebar di luar negeri. Luar biasa!