Jelang Asian Games, Apa Hasil Uji Laboratorium Air Kali Item?



Foto aerial Wisma Atlet Kemayoran di dekat Kali Item di Kemayoran, Jakarta, Jumat, 20 Juli 2018. Menjelang pelaksanaan Asian Games 2018, sebagai salah satu tempat penyelenggaraannya, Kota Jakarta terus berbenah dan mempercantik diri. ANTARA/Hafidz Mubarak A
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta telah mengambil sampel untuk menguji kualitas air Kali Sentiong alias Kali Item, Kemayoran, Jakarta Pusat. Kali Item menjadi sorotan media nasional dan kini internasional lantaran baunya yang belum bisa teratasi sepenuhnya mendekati penyelenggaraan Asian Games 2018.
Kali Item mengalir dekat sekali dengan Wisma Atlet Kemayoran. Pemerintah DKI Jakarta telah melakukan berbagai cara untuk ‘meredam’ bau kali yang tercemar itu. Belakangan Pemerintah Jakarta menutup kali itu dengan jaring hitam lebar 20 meter dan sejauh 700 meter.
Kepala Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Dwi Sari Kurniawati mengakui telah mengambil sampel untuk memastikan kualitas air Kali Item. Namun, dia mengaku belum bisa menyampaikan hasil laboratoriumnya.
“Nanti kami informasikan hasilnya,” tuturnya seperti yang dikutip dari Koran Tempo Selasa 24 Juli 2018.
Sebagai ilustrasi Kali Mookervaart di Kalibaru, Cideng, Jakarta Pusat, terukur mengandung bakteri koli tinja sekitar 144 juta–17,1 miliar per 100 mililiter. Padahal, ambang batas maksimal kandungan koli tinja dalam air 50 per 100 mililiter.
Kepala Bidang Pengawasan dan Penataan Hukum Dinas Lingkungan Hidup Mudarisin menuturkan penyebab utama tercemarnya Kali Item karena masyarakat membuang limbah rumah tangganya ke kali itu. Pencemaran Kali Item diperparah dengan adanya 150 pembuat tahu dan tempe di sekitar lokasi itu.
Mudarisin memperkirakan setiap pembuat tahu-tempe membuang sekitar 200 liter limbah pembuatan makanan berbahan dasar kedelai itu per hari. “Mereka membuangnya ke kali,” ujarnya.
Menurut Mudarisin, Dinas kesulitan untuk menindak tegas atau menutup usaha para pembuat tahu-tempe yang mencemari Kali Item itu. Sebab, para pembuat tahu-tempe itu masuk kategori industri rumahan yang tak memiliki modal untuk membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL). “Jadinya kami hanya bisa melakukan pembinaan,” tuturnya.
Artikel Asli