Dinkes Semarang Selidiki Marak Pemuda Mabuk Pakai Air Pembalut


Dinas Kesehatan Kota Semarang langsung menyelidiki fenemona anak muda di Jawa Tengah gunakan air rebusan pembalut wanita untuk mabuk.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Semarang, Sarwoko Oetomo menyampaikan, penyelidikan ini untuk mengetahui dampak penggunaan pembalut bekas ini bagi kesehatan.

"Dinkes sesuai kapasitasnya akan mencari dampak negatif bagi kesehatannya, karena yang mengkonsumsi adalah anak-anak dan remaja usia 13-16 tahun," katanya, Rabu (7/11/2018).

Sarwoko menilai aksi mabuk menggunakan air rebusan pembalut itu adalah tindakan menyimpang.

"Saya juga tidak bisa membayangkan bagaimana para remaja bisa melakukan itu. Ini kebiasaan yang dinilai di luar batas kewajaran," ujarnya.

Terkait kasus ini, Dinkes Kota Semarang akan melakukan tindakan pencegahan sekaligus sosialiasi kepada anak-anak muda agar tak terjerumus tindakan yang tak baik.

"Perlu tindakan pencegahan. Nanti setelah ada hasil penelitian dampak dari kebiasaan ini akan kami sampaikan ke media," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pemberantasan BNNP Jawa Tengah, AKBP Suprinarto mengatakan, telah ditemukan kebiasaan penyimpangan anak dan remaja kecanduan air rebusan pembalut wanita di Jateng.

Mereka adalah usia 13-16 tahun dengan cara merebus pembalut wanita untuk diambil dari airnya lalu diminum, efek air rebusan itu memiliki efek nge-fly seperti mengkonsumsi narkoba jenis sabu.

"Dulu mereka mengorek-orek tempat sampah untuk mencari pembalut bekas di tempat-tempat sampah lalu direbus. Tapi kini sudah menggunakan pembalut baru," katanya.

Kandungan bahan gel dari pembalut tersebut dinilai yang membuat air rebusan menjadi berefek serasa sabu.

Kebiasaan menyimpang itu diduga karena faktor keterbatasan ekonomi, lantaran tak mampu membeli mahalnya narkotika jenis sabu.

"Ditemukan tersebar di kawasan pinggiran Purwodadi, Kudus, Pati, Rembang, dan di Semarang bagian Timur. Keterbatasan ekonomi menjadi alasan remaja tersebut memilih menenggak air rebusan pembalut," ujarnya.